16 February 2025
HomeBeritaKTTG20, Presiden: Dunia Butuhkan Kolaborasi

KTTG20, Presiden: Dunia Butuhkan Kolaborasi

Denpasar-Dunia sedang mengalami tantangan yang luar biasa akibat berbagai krisis, mulai dari pandemi COVID-19, rivalitas yang menajam, hingga perang yang terjadi. Berbagai krisis tersebut berdampak terhadap ketahanan pangan, energi, dan keuangan yang sangat dirasakan dunia, terutama negara berkembang.

Saat berpidato pada Sesi I KTT G20 di Hotel The Apurva Kempinski, Kabupaten Badung, Bali, Selasa (15/11/2022), Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa paradigma dan semangat kolaborasi sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan dunia.

“Kita tidak punya pilihan lain. Paradigma kolaborasi sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan dunia. Kita semua memiliki tanggung jawab, tidak hanya untuk masyarakat kita, tetapi juga untuk semua orang di dunia,” ujar Presiden.

Presiden Jokowi menegaskan bahwa bertanggung jawab berarti menghormati hukum internasional dan prinsip-prinsip Piagam PBB secara konsisten. Bertanggung jawab juga berarti menciptakan situasi win-win, bukan zero-sum.

“Bertanggung jawab di sini juga berarti kita harus mengakhiri perang. Jika perang tidak berakhir, akan sulit bagi dunia untuk bergerak maju. Jika perang tidak berakhir, akan sulit bagi kita untuk bertanggung jawab atas masa depan generasi sekarang dan mendatang,” ungkapnya.

“Kita seharusnya tidak membagi dunia menjadi beberapa bagian. Kita tidak boleh membiarkan dunia jatuh ke dalam perang dingin lainnya,” tegasnya.

Presiden menyebut Indonesia memiliki 17 ribu pulau, 1.300 suku bangsa, serta lebih dari 700 bahasa daerah. Demokrasi di Indonesia berjalan dari pemilihan kepala desa pada tataran tingkat desa hingga ke pemilihan presiden. Untuk itu, Presiden mendorong agar G20 memiliki semangat dialog yang sama untuk menjembatani perbedaan.

“Sebagai negara demokrasi, Indonesia sangat menyadari pentingnya dialog untuk mempertemukan perbedaan, dan semangat yang sama harus ditunjukkan G20,” katanya.

Kesetaraan Kesehatan

Usai jamuan santap siang, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) kembali memimpin sesi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, Selasa (15/11/2022), di Hotel The Apurva Kempinski, Kabupaten Badung, Bali. KTT sesi II ini memfokuskan untuk membahas masalah kesehatan global.

Dalam pidato pembukanya, Presiden Jokowi mengingatkan negara-negara G20 untuk tidak lengah meskipun dunia semakin pulih dari pandemi COVID-19.
“Darurat kesehatan berikutnya dapat muncul kapan saja, kali ini dunia harus lebih siap. Kesiapsiagaan kita akan menyelamatkan nyawa dan perekonomian kita. G20 harus mengambil langkah-langkah nyata dan segera,” ujar Presiden.

Presiden pun memaparkan sejumlah langkah nyata yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kapasitas kesehatan global, mulai dari penguatan arsitektur kesehatan hingga peningkatan kesetaraan kapasitas kesehatan.

“Arsitektur kesehatan global harus diperkuat. Kita perlu WHO (World Health and Organization) yang lebih kuat dan bertaring. Solidaritas dan keadilan harus menjadi ruh arsitektur kesehatan global,” ujar Presiden.

Presiden menyatakan, pembentukan dana pandemi yang telah berhasil dilakukan G20 harus diikuti dengan penambahan kontribusi pendanaan sehingga berfungsi secara optimal.

“Saya mengajak semua pihak berkontribusi. Indonesia telah memberikan komitmen 50 juta dolar. G20 harus ikut mengawal proses pembentukan traktat pandemi. Ini penting untuk memperkuat kesiapsiagaan di tingkat nasional, kawasan, dan global,” ujarnya.

Kedua, Presiden menekankan pentingnya untuk melibatkan negara berkembang dalam meningkatkan kapasitas kesehatan dunia.

“Negara berkembang harus diberdayakan sebagai bagian dari solusi. Kesenjangan kapasitas kesehatan tidak dapat dibiarkan. Negara berkembang perlu kemitraan yang memberdayakan. Negara berkembang harus menjadi bagian rantai pasok kesehatan global, termasuk pusat manufaktur dan riset,” kata Presiden.

Terkait hal itu, Presiden juga menekankan pentingnya peningkatan investasi industri kesehatan.

“Kerja sama riset dan transfer teknologi diperkuat dan akses bahan baku produksi untuk negara berkembang diperluas,” imbuhnya.

Presiden Jokowi juga mendorong agar TRIPS waiver diperluas pada semua solusi kesehatan, termasuk diagnostik dan terapeutik. Presiden juga mendorong Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk merealisasikan komitmennya terkait hubs and spokes sebagai bagian dari solusi kesehatan dunia.

“Dunia tidak boleh mengulang kesalahan saat pandemi COVID-19. Ini adalah pelajaran berharga untuk menyiapkan dunia dari darurat kesehatan global. Never again harus menjadi mantra kita bersama. Saya menantikan pandangan dan kontribusi Yang Mulia bagi penguatan arsitektur kesehatan dunia,” jelasnya.(sp)

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU