SHNet, Mimika- Pemerintah Pusat dan Kabupaten Mimika mengapresiasi pihak swasta, PT Bartuh Langgeng Abadi (BLA) yang perdana melakukan ekspor langsung (direct export) udang laut dari Timika ke Jepang.
“Kami memberikan apresiasi yang tinggi kepada PT. Bartuh Langgeng Abadi atas terobosan ekspor perdana udang laut ke Jepang. Kami berharap selanjutkan akan lebih baik dan lebih sukses untuk pertumbuhan ekonomi sektor perikanan dan menyejahtrakan masyarakat kelautan dan perikanan,” kata Dirjen Penguatan Daya Saing, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Artati Widiarty lewat online saat pelaksanaan launching perdana ekspor langsung udang laut dari Timika ke Jepang, di Pelabuhan Poumako, Rabu (8/12/2021).
Menurutnya, ini menjadi tonggak sejarah perikanan ekspor langsung dari kawansan timur Indonesia. Pihak nya berkomitmen untuk memberikan dukungan dan kemudahan bagi para pelaku usaha perikanan, baik berupa perizinan dan modal kerja.
“Harapan saya diawali oleh ekspor perdana ini akan terus berkembang perekonomian lewat perikanan. Begitu juga dengan pasar akan semakin luas, tidak saja hanya ke Jepang, tapi juga ke berbagai negara lainnya. Tentu nya upaya ini diikuti dengan cara penanganan yang berstandar internasional agar hasil olahan kita terus mampu bersaing dengan negara lain,” tutur Artati.
Pemerintah Pusat dan Kabupaten Mimika mendukung penuh akselerasi pertumbuhan ekonomi sektor perikanan di Timika. Hal itu terlihat dari dukungan yang diberikan kepada pihak swasta PT Bartuh Langgeng Abadi (BLA) untuk mengoptimalkan potensi sumberdaya perikanan di Kabupaten Mimika yang cukup besar.
Pertumbuhan ekonomi di wilayah Timika khususnya, dan Papua umumnya tentu cukup pesat dari sektor perikanan. Wilayah ini diuntungkan dengan letak geografis Kabupaten Mimika yang berbatasan langsung dengan laut Arafura, yang merupakan wilayah penangkapan 718 (WPP 718) dengan potensi sebesar 2.637.565 ton (Dirjen Tangkap KKP RI 2018). Wilayah penangkapan tersebut yang saat ini merupakan penangkapan Ikan pelagis yang banyak dikunjungi kapal dan memilih pelabuhan perikanan Poumako sebagai pelabuhan bongkar muat ikan.
Potensi yang luar biasa tersebut dengan jeli dimanfaatkan oleh PT Bartuh Langgeng Abadi, dengan cepat mengenalkan komoditi udang sebagai produk unggulan Timika ke kancah internasional.
Dengan demikian, nilai tukar nelayan pun semakin tinggi, karena hasil tangkapan nelayan layak di ekspor. Surga udang laut di wilayah tersebut belum dimanfaatkan dengan maksimal selama ini. Sebut saja jenis udang banana (white) dan Sea Tiger yang semakin diminati di luar negeri ada di laut Arafura.
Sehingga tak salah jika ekspor langsung dari Timika ke Jepang menjadi satu terobosan baru untuk mengenalkan produk hasil laut asli Papua tersebut ke belahan dunia.
Sayangnya keberpihakan izin armada kapasitas besar belum ada untuk mendukung industri dan nelayan setempat. Hal itu terlihat dari pengerahan pasukan armada semut (kapal kapal kecil) ukuran non GT – 5 GT saja yang menjadi mitra PT Bartuh Langgeng Abadi dalam memenuhi kebutuhan pabrik.
“Sebenarnya kalau hanya mengandalkan nelayan kecil, agak kewalahan juga untuk memenuhi permintaan pasar,” aku Diretur Utama PT Bartuh Langgeng Abadi, Sulaksono.
Dia menjabarkan, antara permintaan pasar dan suplay pasokan bahan baku dari nelayan sangat jauh. Misalnya, kapasitas produksi pabrik bisa mencapai 70 ton per bulan. Lalu permintaan ekspor ke Jepang bisa mencapai 72 ton per bulan dengan estimasi, dalam 1 bulan 4 kali ekspor untuk kapasitas 40 feet, dengan muatan 18 ton.
“Itu baru permintaan ekspor, sementara kami juga perlu melayani permintaan lokal. Jadi suplay ke pabrik kami masih sangat kecil, dibanding permintaan yang terus meningkat,” terangnya.
Sulaksono berharap ada interpensi pemerintah untuk memberikan izin operasi kapal lebih besar, untuk memanfaatkan sumber daya alam laut Timika dan sekitarnya. Terlebih masa hidup udang yang begitu singkat, apabila tidak tertangkap oleh nelayan maka udang akan terbuang sia sia di laut sana.
“Masa high season udang ini ada musimnya. September-Maret itu biasa memang nelayan panen. Di luar itu ada sangat kecil karena nelayan juga akan bergeser ke tangkapan lain, karena ada musim bawal dan kembung menyusul setelah musim udang usai,” urainya.
Pemberdayaan nelayan
Pada kesempatan yang sama Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Timika, Antonius Welerubun menjabarkan pihak nya selama ini sudah melakukan langkah prepentif dalam pemberdayaan nelayan.
“Semua diupayakan terakomodir, baik orang asli Papua (OAP) maupun nelayan pendatang dengan memberikan stimulan sarana dan prasarana tangkap,” kata Antonius.
Pihaknya juga melakukan optimalisasi pengelolaan asset Pemda berupa Coldstorage Kapasitas 100 dan 200 ton, pabrik es 15 ton untuk menggerakan sektor perikanan dengan membeli semua jenis ikan dari nelayan dengan harga yang baik. Dinas juga melakukan pembinaan dan pelatihan bagi pelaku usaha perikanan (Nelayan tangkap, pembudidaya, pengumpul, pengolah dan pemasar hasil perikanan).
“Tentu kami juga menyediakan produk hukum untuk kenyamanan berinvestasi di Kabupaten Mimika,” pungkasnya seraya menambahkan program lainnya memberikan kemudahan akses BBM bagi nelayan lewat SPDN Non Subsidi dan Bersubsidi.
Target kedepan, kami ingin merambah ke bidang tangkap khusus udang. Menambah jumlah produksi dengan adanya dukungan dan penambahan modal kerja. (Stevani Elisabeth)