23 January 2025
HomeBeritaPromosi Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, Fachruddin Tukuboya Suarakan Kepentingan Masyarakat Adat

Promosi Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, Fachruddin Tukuboya Suarakan Kepentingan Masyarakat Adat

SHNet, Jakarta-Fachruddin Tukuboya berhasil mempertahankan Disertasinya yang berjudul Model Pemberdayaan Berbasis Kalender Penghidupan Suku Togutil Berkelanjutan pada Sidang Promosi Doktor Ilmu Lingkungan yang diselenggarakan oleh Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia di Salemba pada sabtu (28/12/2024).

Disertasi Fachruddin mengulas tentang bagaimana tahapan pemeberdayaan yang ideal dilakukan pada Komunitas Adat Terpencil (KAT), yang secara alamiah saat ini semakin terdesak eksistensinya di berbagai wilayah Indonesia. KAT Suku Togutil memiliki permasalahan pada berbagai bidang, seperti Kesehatan dan Pendidikan.

“Hanya 2% dari populasi Suku Togutil yang mengenyam Pendidikan SMA/setara, sementara lebih dari 50% tidak bersekolah. Pada aspek Kesehatan, suku togutil juga memiliki kerentanan yang tinggi terpapar berbagai penyakit akibat pola hidup dan pernikahan usia dini,” ujar fachruddin.

Seperti yang telah diketahui oleh publik, sebagian suku togutil yang masih nomaden terlihat sudah mulai keluar dari hutan untuk mencari makanan bertemu dengan masyarakat. Kondisi ini salahsatunya disebabkan oleh konflik ruang hidup (red; hutan) antara KAT Suku Togutil dan Perusahaan swasta.

“KAT Suku Togutil sepanjang hidupnya hanya mendengarkan suara alam, bahkan Ketika mendengar suara asing mereka akan berlari menjauh. Namun saat ini mereka justru keluar karena terdesak di dalam hutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya” Jelas fachruddin.

Salah satu temuan Fachruddin juga menyebutkan bahwa dari 5 modal (alam, fisik, sosial, manusia dan finansial), KAT Suku Togutil memiliki nilai tertinggi pada modal alam, hal ini menunjukkan tingginya ketergantungan KAT Suku Togutil pada alam.

Fachruddin menerangkan selain karena aktivitas industry, kurang berdayanya KAT Suku Togutil juga disebabkan oleh tidak sinerginya para pemangku kepentingan dalam merencanakan pemberdayaan komunitas adat.

“Secara vertical dan horizontal seluruh pihak harus memiliki kesepahaman dalam menjalankan pemberdayaan Masyarakat adat, sehingga hasilnya akan lebih optimal bagi mereka bahkan terjadi kegagalan,” ungkap Fachruddin. Model pemberdayaan Calender, Asset dan Strategy (CAS) yang merupakan temuan utama penelitian ini mengedepankan kolaborasi dan inklusifitas dalam setiap tahapannya.

Manfaat bagi Seluruh KAT

Salahsatu penguji Dr. Harapan Lumbangaol yang juga mantan Direktur Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Kementerian Sosial menyatakan bahwa penelitian  Fachruddin akan memberikan manfaat bukan hanya KAT Togutil, namun seluruh KAT di Indonesia. Karena saat ini yang terjadi depowering bukan empowering pada banyak KAT.

Harapan juga mendorong agar disertasi ini dapat berkontribusi pada subtansi Undang-undang Masyarakat Hukum Adat (MHA) yang juga masih belum selesai. Menjawab hal tersebut Fachruddin mengatakan “Undang-Undang MHA perlu untuk segera dibahas dan disahkan karena ini merupakan dasar bagi setiap daerah dalam membentuk aturan bagi masyarakat adat. Model serta tahapan yang ada dalam disertasi relevan untuk menjadi subtansi UU MHA, karena model ini sangat memperhatikan dan mempertimbangkan kepentingan Masyarakat adat misalnya adalah dengan melakukan penyusunan kalender penghidupan dan mengidentifikasi asset yang dimiliki.” (sur)

 

 

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU