SHNet, Jakarta-Festival Film Sosiologi atau yang biasa disebut FFS merupakan kegiatan tahunan dari Departemen Kominfo, BEMP Sosiologi UNJ. Tahun ini, FFS diselenggarakan di Gedung Ki Hajar Dewantara lantai 9, Universitas Negeri Jakart, akhir pekan ini.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menampung dan mengasah kemampuan siswa-siswi SMA di Indonesia dalam membuat sebuah film. Tahun ini, FFS dimeriahkan oleh para peserta dari berbagai daerah di Indonesia dan 3 juri, yaitu Nur Syafitri, S.I.Kom (SMK Taruna Bhakti), Teguh Setiawan, S.Pd., M.I.Kom (Dekan Vokasi IMDE) dan Devi Septiandini, M.Pd (Dosen Pendidikan Sosiologi UNJ)
“Festival Film Sosiologi adalah kegiatan positif yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa terhadap lingkungan sekitar sambil mengembangkan soft skill seni dengan kreatif membuat film.
Lewat film yang mereka buat diharapkan akan menggugah kepekaan penonton tentang pentingnya pendidikan, literasi digital serta kepedulian lingkungan unruk memecahkan masalah sosial di sekitar kita.
“Lomba seperti ini cocok dengan karakteristik anak muda zaman sekarang yang memang lekat dengan dunia film dan digital. Harapannya festival ini semakin banyak pesertanya di tahun-tahun mendatang.” ucap Dr. Rusfadia Saktiyanti Jahja, M.Si., selaku Koor Program Studi Sosiologi UNJ. Selaku ketua pelaksana acara ini, Chayara, mengaku sangat bangga karena acara ini sukses terlaksanakan.
“Sebagai juri sinematografi dan editing, saya sangat senang melihat karya para peserta. Banyak film yang sudah bagus secara visual dan menarik dalam pengeditannya. Ke depan, semoga teman-teman terus belajar dan berlatih supaya hasil filmnya makin keren dan berkualitas,” ujar Teguh Setiawan, selaku juri dan juga praktisi media.
Mnurut Teguh, Festival Film Sosiologi merupakan ajang bagi siswa SMA/K sederajat dan juga mahasiswa seluruh Indonesia untuk dapat mencurahkan ide-ide kreatifnya dalam menyuarakan isu-isu sosial yang terjadi di masyarakat. Tahun ini dengan tema yang mengangkat isu pendidikan, acara ini sukses diselenggarakan dengan total pemutaran 7 film terbaik hasil karya original peserta.
“Dengan begitu, acara pemutaran film ini tidak hanya berhasil menghibur penonton, tetapi juga dapat menginspirasi, memotivasi, dan membuka kesadaran masyarakat tentang kondisi pendidikan di Indonesia pada saat ini,” ujar Teguh. (sur)

