26 April 2024
HomeBeritaSainsGawat, Kekebalan Vaksin Pfizer Keok Sama Covid Dalam Waktu Dua Bulan

Gawat, Kekebalan Vaksin Pfizer Keok Sama Covid Dalam Waktu Dua Bulan

SHNet, Jakarta – Dua studi yang baru diterbitkan mengkonfirmasi bahwa perlindungan kekebalan manusia setelah disuntik dua dosis vaksin Covid-19 Pfizer mengalami penurunan setelah dua bulan atau lebih. Studi tersebut dilakukan di dua negara, yakni Israel dan Qatar. Dua negara tersebut menggunakan vaksin Pfizer untuk melindungi warganya dari infeksi virus covid-19.

Meski begitu, penelitian itu juga menyebut pemberian vaksin tetap memberikan perlindungan terhadap penyakit parah, rawat inap, dan kematian tetap kuat. “Kami melakukan studi kohort longitudinal prospektif yang melibatkan petugas kesehatan di Sheba Medical Center, sebuah pusat medis tersier besar di Israel,” tulis Dr. Gili Regev-Yochay dari Sheba dan rekan seperti dilansir CNN News, Kamis (7/10/2021).

Para peneliti mencatat bahwa tingkat yang disebut antibodi penetralisir – garis pertahanan pertama sistem kekebalan terhadap infeksi – berkorelasi dengan perlindungan terhadap infeksi. Namun, untuk penelitian ini mereka hanya mempelajari tingkat antibodi.

“Pekerjaan yang diterbitkan tentang banyak vaksin, seperti vaksin campak, gondok, dan rubella, telah menunjukkan penurunan kecil setiap tahun sebesar 5 hingga 10% dalam tingkat antibodi penetralisir,” tulis mereka.

Tapi untuk vaksin Pfizer mereka mengatakan, “Kami menemukan bahwa penurunan yang signifikan dan cepat dalam respon humoral terhadap vaksin BNT162b2 diamati dalam beberapa bulan setelah vaksinasi.”

Infeksi Alami

Studi tersebut juga menunjukkan bahwa kekebalan bagi orang yang divaksinasi setelah infeksi alami Covid-19 bertahan lebih lama. Ini sangat kuat untuk orang yang sembuh dari infeksi dan kemudian divaksinasi juga.

“Secara keseluruhan, akumulasi bukti dari penelitian kami dan lainnya menunjukkan bahwa respon humoral jangka panjang dan efektivitas vaksin pada orang yang sebelumnya terinfeksi lebih unggul daripada penerima dua dosis vaksin,” tulis mereka.

Studi kedua dari Qatar mengamati infeksi aktual di antara populasi yang sebagian besar telah divaksinasi di negara Teluk kecil itu. Orang-orang di sana kebanyakan mendapat vaksin Pfizer/BioNTech, juga dikenal sebagai BNT162b2.

Perlindungan yang diinduksi BNT162b2 terhadap infeksi berkembang dengan cepat setelah dosis pertama, memuncak pada bulan pertama setelah dosis kedua, dan kemudian secara bertahap berkurang pada bulan-bulan berikutnya,” tulis Laith Abu-Raddad dari Weill Cornell Medicine-Qatar dan rekannya.

“Penurunan itu tampaknya semakin cepat setelah bulan keempat, mencapai level rendah sekitar 20% di bulan-bulan berikutnya,” tambah mereka. Meski begitu, perlindungan terhadap rawat inap dan kematian tetap di atas 90%, kata mereka.

Studi dari Israel dan Qatar dan diterbitkan di New England Journal of Medicine, mendukung argumen bahwa bahkan orang yang divaksinasi penuh perlu menjaga tindakan pencegahan terhadap infeksi.

Satu studi dari Israel mencakup 4.800 petugas kesehatan dan menunjukkan tingkat antibodi berkurang dengan cepat setelah dua dosis vaksin “terutama di antara pria, di antara orang-orang berusia 65 tahun atau lebih, dan di antara orang-orang dengan imunosupresi.”

Masalah Perilaku

Penelitian itu juga mencatat, perlindungan yang memudar mungkin melibatkan perilaku, catat mereka. “Orang yang divaksinasi mungkin memiliki tingkat kontak sosial yang lebih tinggi daripada orang yang tidak divaksinasi dan mungkin juga memiliki kepatuhan yang lebih rendah terhadap langkah-langkah keamanan,” tulis mereka.

“Perilaku ini dapat mengurangi efektivitas vaksin di dunia nyata dibandingkan dengan efektivitas biologisnya, mungkin menjelaskan berkurangnya perlindungan.” (Tutut Herlina)

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU