SHNet, Bantaeng – Di bawah sebuah tenda berwarna putih, beberapa orang, laki-laki dan perempuan terlihat duduk di bangku plastik yang berjajar rapi. Hening. Mereka menunggu giliran untuk memberikan suara dalam ajang pemilihan kepala desa (pilkades).
Begitulah pemandangan pelaksanaan pilkades secara serentak di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan (Sulsel), Rabu (27/10/2021). Kabupaten Bantaeng menyelenggarakan pilkades di 9 desa dari 5 kecamatan dengan metode pemungutan suara secara e-voting.
Jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang mengikuti pilkades sebanyak 17.242 orang yang tersebar di 43 TPS dan diikuti oleh 30 calon kepala desa. Para calon kepala desa itu terdiri dari 28 laki-laki dan 2 perempuan).
Bupati Bantaeng, Ilham Azikin mengatakan, pemungutan suara secara e-voting dalam pilkades bukan baru pertama kali dilakukan di Bantaeng. “Ini adalah yang ketiga kalinya penyelenggaraan pilkades secara e-voting,” ujarnya saat menyampaikan paparan dalam webinar secara virtual di kantor Bupati Bantaeng, Rabu (27/10/2021).
Webinar tersebut diselenggarakan oleh Direktorat Bina Pemerintahan Desa Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dan diikuti 6 pemerintah daerah (pemda). Menurut Ilham, dari pengalaman yang ada, sistem e-voting menunjukkan proses dan hasil yang efektif dan akuntabel. “Hasil pilkades juga diterima masyarakat Bantaeng,” katanya.
Kepala Dina Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Kabupaten Bantaeng, Ahmad Yani Muis menambahkan, sistem e-voting mengurangi konflik pilkades. Masyarakat umumnya menerima hasil e-voting karena dianggap lebih valid. “Karena menggunakan mesin, masyarakat percaya bahwa semuanya sudah tersistem sehingga tidak ada kecurangan,” katanya.
Namun, bagi yang tidak mempercayai hasil e-voting, mereka bisa mengajukan keberatan. “Nanti akan dilakukan hitung juga secara manual di pengadilan,” ia menjelaskan.
Penyelenggaraan pilkades secara e-voting ini mendapatkan apresiasi dari Direktur Penataan dan Administrasi Pemerintahan Desa (PAPD) Andi Feri S Fudail. “Kita berharap e-voting ini ke depan lebih banyak diterapkan di tempat lain,” katanya. (Tutut Herlina)