10 September 2024
HomeBeritaInternasionalObat Covid-19 Buatan China Akan Dipasarkan Akhir Tahun Ini

Obat Covid-19 Buatan China Akan Dipasarkan Akhir Tahun Ini

SHNet, Jakarta – Peneliti China meluncurkan sejumlah pengobatan khusus untuk COVID-19 saat dunia berpacu menuju fase ketiga perjuangan anti-epidemi yang ditandai dengan kombinasi vaksin dan obat-obatan yang dapat diakses.

Di antara produsen obat di China, terapi kombinasi antibodi monoklonal penetralisir diharapkan menjadi yang pertama di negara itu yang mendapatkan persetujuan untuk penggunaan pasar pada bulan Desember. Ini juga kemungkinan menjadi yang pertama menerima otorisasi penggunaan darurat di negara maju seperti AS.

Terapi kombinasi ini dikembangkan bersama oleh Universitas Tsinghua, Rumah Sakit Rakyat Ketiga Shenzhen dan Brii Biosciences, sebuah perusahaan yang memiliki dua kantor pusat di China dan AS.

“Tubuh manusia menghasilkan sejumlah besar antibodi, tetapi tidak semuanya memiliki khasiat antivirus. Tujuan penelitian kami adalah untuk memilih yang terkuat yang dapat digunakan sebagai obat antibodi untuk mengobati pasien yang terinfeksi,” Zhang Linqi, seorang profesor di Fakultas Kedokteran di Universitas Tsinghua, seperti dikutip Science and Technology Daily, Senin (15/11/2021).

Tao Lina, seorang ahli imunologi, mengatakan kepada Global Times bahwa teori terapi berbasis antibodi menetralkan adalah dengan menggunakan antibodi dalam obat-obatan untuk menetralkan virus. Mereka dapat digunakan untuk pengobatan COVID-19 ringan hingga sedang atau untuk pencegahan pasca panyembuhan, menurut Tao.

Brii Biosciences mengumumkan pada akhir Agustus bahwa terapi SARS-CoV-2 BRII-196/BRII-198 menunjukkan pengurangan yang signifikan secara statistik sebesar 78 persen dalam rawat inap dan kematian dalam uji klinis fase III yang dilakukan di AS, Brasil, Afrika Selatan, Meksiko , Argentina dan Filipina.

Kemungkinan besar terapi tersebut disahkan untuk penggunaan darurat di AS, kata laporan Science and Technology Daily, mengutip sumber dari Brii.

Uji klinis fase III dipimpin oleh ahli pernapasan terkemuka China Zhong Nanshan dan dilakukan di Guangzhou dan Shenzhen, Provinsi Guangdong China Selatan, serta Nanjing dan Yangzhou, Provinsi Jiangsu China Timur, dan telah memberikan hasil yang menarik, media melaporkan pada bulan Agustus.

Ini telah digunakan di antara lebih dari 700 pasien yang terinfeksi dalam wabah baru-baru ini di China, yang disebabkan oleh varian Delta di Shenzhen, Ruili, Nanjing, Putian dan Heihe.

Terapi ini juga terbukti efektif melawan varian virus corona utama, termasuk varian Delta, Lambda dan MU, lapor Beijing Daily. Tim R&D obat tersebut mengajukan aplikasi ke Administrasi Produk Medis Nasional pada 9 Oktober dan diharapkan akan disetujui untuk dipasarkan pada akhir Desember.

Perusahaan telah menginvestasikan $100 juta untuk menyiapkan obat untuk pemasaran di Cina, AS dan negara-negara lain, Chief Financial Officer Brii Biosciences mengumumkan pada bulan September. Ini telah didaftarkan pada Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS untuk otorisasi penggunaan darurat.

Sejauh ini, China telah menerapkan tiga rute teknis dalam mengembangkan obat khusus COVID-19, yakni memblokir masuknya virus ke dalam sel, menghambat replikasi virus, dan menyesuaikan sistem kekebalan manusia. Ketiga pendekatan tersebut memiliki keunggulan dan strategi masing-masing dalam menghadapi virus corona.

Zhang Yuntao, wakil presiden dan kepala ilmuwan anak perusahaan Sinopharm China National Biotec Group, sebelumnya mengatakan kepada Global Times bahwa obat COVID-19 kelompok yang berbasis human immunoglobulin akan segera dimasukkan ke dalam uji klinis di Uni Emirat Arab.

Obat tersebut telah digunakan dalam wabah baru-baru ini di seluruh China dan telah terbukti memiliki efek terapeutik yang baik. Obat lain dari kelompok berdasarkan antibodi monoklonal juga menunjukkan efek penetralan yang baik pada virus COVID-19 dalam percobaan dan sedang menjalani prosedur untuk mendapatkan persetujuan uji klinis dari otoritas China, menurut Zhang.

Kintor, sebuah perusahaan bioteknologi tahap klinis, juga dilaporkan memperoleh persetujuan pada bulan September untuk dua proyek uji klinis fase III pada obat senyawa molekul kecil Pukru amine dengan pihak berwenang China. Kedua proyek tersebut akan dilakukan di berbagai negara dan kawasan termasuk China, AS, India, dan Eropa.

Zeng Guang, mantan Kepala Epidemiologi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, mencatat bahwa saat ini negara-negara sedang melewati fase kedua pencegahan dan pengendalian epidemi dan memasuki fase ketiga, di mana langkah-langkah lain perlu dikombinasikan dengan vaksinasi, 21st Century Business Herald melaporkan pada 8 November.

Mengomentari mereka yang berpendapat bahwa vaksin tidak lagi diperlukan setelah obat COVID-19 diluncurkan, para ahli medis memperingatkan bahwa itu adalah “kesalahpahaman yang berbahaya.” Baik dalam mencegah infeksi atau dalam mengurangi tingkat gejala parah atau kematian, tidak ada pengganti vaksin. “Obat terapeutik dan vaksin tidak bertentangan tetapi saling melengkapi,” kata Ding Sheng, dekan Fakultas Farmasi di Universitas Tsinghua. (Tutut Herlina)

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU